Minggu, 08 Oktober 2017

MADRASAH DALAM ERA DIGITAL

Perkembangan tekhnologi terutama perkembangan teknologi informasi saat ini sudah sangat jelas tidak mungkin lagi kita hindari. ini dibuktikan oleh survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) mengungkap bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia kini telah terhubung ke internet.Survei yang dilakukan sepanjang 2016 itu menemukan bahwa 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet. Adapun total penduduk Indonesia sendiri sebanyak 256,2 juta orang. (http://tekno.kompas.com/read/2016/10/24/15064727/2016.pengguna.internet.di.indonesia.capai.132.juta) Penyebabnya adalah perkembangan infrastruktur dan mudahnya mendapatkan smartphone atau perangkat genggam.

Dari adanya survey oleh APJII ini akan membuktikan bahwa barang yang bernama “gadget” dan sejenisnya sudah merambah ke tataran yang sangat tidak relevan bagi kehidupan seorang anak. Belum lagi kalau kita saksikan disetiap berkumpulnya anak-anak remaja bahkan orangtua dipastikan di tangannya ada yang nama handphone yang notabene selalu mereka pakai untuk chating dan lain-lainnya.
Dengan sadar atau tidak hal ini akan berimplikasi pada dunia pendidikan, terutama pendidikan di Madrasah yang titik penekanannya adalah anak usia dasar dengan tingkat kelabilan emosi yg sana sekali belum matang. Memang tekhnologi informasi terutama internet banyak mempunyai manfaat yang sangat besar bagi penggunanya, akan tetapi juga mempunyai dampai negatif
Diantara dampak negatif dari internet tersebut secara garis besar adalah Pertama, mengurangi sifat sosial manusia karena cenderung lebih suka berhubungan lewat internet daripada bertemu secara langsung (face to face). Kedua, dari sifat sosial yang berubah dapat mengakibatkan perubahan pola masyarakat dalam berinteraksi. Ketiga, kejahatan seperti menipu dan mencuri dapat dilakukan di internet (kejahatan juga ikut berkembang). Keempat, bisa membuat seseorang kecanduan, terutama yang menyangkut pornografi dan dapat menghabiskan uang karena hanya untuk melayani kecanduan tersebut
Dalam ilmu pedagogik, belajar dapat didefinisikan sebagai sebuah perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Tingkah laku di sini bukan hanya berarti kemampuan siswa secara afektif, tetapi juga kemampuan siswa dari sisi kognitif dan psikomotorik. pada titik inilah, peran guru sebagai kelompok Digital Immigrant sangat penting bagi siswa, yaitu membimbing siswa agar belajar memanfaatkan penggunaan internet ke arah yang lebih positif untuk keperluan belajar di sekolah.
Di era digital seperti sekarang, generasi manusia dapat digolongkan ke dalam dua kelompok. Pertama, Digital Immigrant, yaitu kelompok yang sedari lahir tidak ada internet kemudian saat aktif di dalamnya. Kedua, Digital Native, yaitu orang yang sedari lahir sudah ada internet. Persamaan dari kedua kelompok dapat dipahami bahwa mereka akhirnya sama-sama menggunakan internet untuk ‘kebutuhan’ interaksinya di dunia maya. Seiring dengan perkembangan teknologi dan media informasi yang semakin pesat, pendidikan sebagai investasi masa depan generasi bangsa harus bisa menyesuaikan diri. Semisal dapat memanfaatkan era digital ini sebagai media pembelajaran bagi siswa di madrasah dan sekolah, bahkan pesantren. Akses informasi di era digital ini memungkinkan siswa lebih mengetahui informasi terlebih dahulu ketimbang guru. Tentu hal ini tidak akan membuat guru menjadi ketinggalan dibanding siswanya, karena keberadaan guru di kelas dan lingkungan sekolah lebih kepada memfasilitasi siswa untuk belajar.
Dalam ilmu pedagogik, belajar dapat didefinisikan merupakan sebuah perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik. Tingkah laku di sini bukan hanya berarti kemampuan siswa secara afektif, tetapi juga kemampuan siswa dari sisi kognitif dan psikomotorik. Di titik inilah, guru yang bisa dikatakan sebagai kelompok Digital Immigrant keberadaannya sangat penting bagi siswa, yaitu membimbing siswa agar belajar memanfaatkan penggunaan internet ke arah yang lebih positif untuk keperluan belajar di sekolah.
Dengan kata lain, Digital Immigrant ada untuk membelajarkan para Digital Native agar dapat memanfaatkan internet sebagai media meningkatkan kualitas belajar siswa. Dalam hal ini, guru juga dituntut mengikuti perkembangan arus informasi di era digital melalui kanal-kanal media sosial, misalnya. Dalam kanal inilah, siswa dapat diarahkan untuk membentuk kelompok belajar secara berkesinambungan karena kanal media sosial tidak terbatas ruang dan waktu.
Namun demikian, media sosial atau media lain di dunia maya hanyalah alat (instrumen) bukan tujuan. Artinya, alat tidak bisa menggantikan posisi guru. Sebab alat tidak mempunyai sisi humanitas (kemanusiaan). Oleh sebab itu, kehadiran guru secara emosional sangat penting untuk menumbuhkembangkan sisi kemanusiaan seorang siswa. Euforia media sosial yang saat ini hampir pasti dipunyai oleh setiap individu, menuntut guru agar lebih memahamkan kepada siswa akan arti positif media sosial dan hadirnya ribuan portal-portal berita. Apalagi saat ini, tak sedikit yang memanfaatkan internet untuk menumbuhkembangkan paham-paham yang meresahkan di tengah masyarakat.
Hal ini penting menjadi perhatian guru, karena selama ini paham-paham tersebut sangat gencar menyasar anak-anak muda usia sekolah. Pada akhirnya, era digital menyadarkan dunia pendidikan akan arti penting sebuah inovasi yang harus terus menerus dikembangkan. Dunia pendidikan tidak perlu anti terhadap siswa yang saat ini gandrung dengan media sosial. Sebaliknya, semua elemen pendidikan harus mampu memanfaatkan potensi media sosial di era digital ini agar pembelajaran di kelas lebih berkualitas. Lagipula, teori media pembelajaran dapat dikembangkan melalui perkembangan dunia digital.
Sekarang bagaimana tugas seorang dalam memanfaatkan kondisi yang saat ini wajib dilakukannya sebagai seorang tenaga pendidik. Tentunya hal ini tidaklah mudah, karena betapapun beratnya tugas seorang guru akan menjadi fokus center dalam kehidupan seorang anak.
Bayangkan seorang anak akan lebih mematuhi “perintah” gurunya ketika di sekolah ketimbang suruhan orangtuanya di rumah. Kenapa demikian, di sinilah kekuatan yang maha dahsyat bagi seorang guru untuk memberikan hal terbaik, uswatun hasanah bagi seorang anak didiknya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mampu mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Guru diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap menghadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun sikap mental.
Beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dalam menjalankan peran-perannya dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
Pertama, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. Dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif, dan bijaksana. Responsive artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk IPTEK, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran dengan menggunakan multimedia. Tanpa penguasaan IPTEK yang baik, maka guru akan tertinggal dan menjadi korban IPTEK serta menjadi guru “isoku iki”. 
Kedua, krisis moral yang melanda bangsa dan negara Indonesia. Akibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi pergeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini sudah bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi. Dikalangan remaja sangat begitu terasa akan pengaruh iptek dan globalisasi. Pengaruh hiburan baik cetak maupun elektronik yang menjurus pada hal-hal pornografi telah menjadikan remaja tergoda dengan kehidupan yang menjurus pada pergaulan bebas dan materialisme. Mereka sebenarnya hanya menjadi korban dari globalisasi yang selalu menuntut kepraktisan, kesenangan belaka, dan budaya instan.
Ketiga,   krisis sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Akibat perkembangan industri dan kapitalisme maka muncul masalah-masalah sosial yang ada dalam masyarakat. Tidak semua lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industri dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrialisasi dan kapitalisme. Ini merupakan tantangan guru untuk merespon realitas ini, terutama dalam dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mampu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam kondisi dan situasi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial (kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan) bukan menjadi bagian bahkan penyebab dari masalah sosial tersebut.
Keempat, krisis identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia. Sebagai bangsa dan negara di tengah bangsa-bangsa di dunia membutuhkan identitas kebangsaan (nasionalisme) yang tinggi dari warga negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk setiap eksisnya bangsa dan negara Indonesia. Nasionalisme yang tinggi dari warga negara akan mendorong jiwa berkorban untuk bangsa dan negara. Dewasa ini ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia, pola dan gaya hidup remaja yang lebih kebarat-baratan, dan beberapa indikator lainnya. Melihat realitas di atas guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme harus mampu memberikan kesadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kelima, adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia. Kondisi di atas membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM (Sumber Daya Manusia) yang handal dan unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam menciptakan SDM (Sumber Daya Manusia) yang digambarkan seperti di atas. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner, kompeten, dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan sejumlah kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.

Jumat, 01 September 2017

belajar dari sejarah: implikasi terhadap dunia pendidikan

Berbicara mengenai sejarah tentu berkaitan dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang memiliki subtansi berupa informasi kejadian yang bisa dijadikan konsep, tujuan, system dan teori dalam dunia pendidikan. Bahkan dikatakan dalam artikel tinjauan landasan kependidikan Indonesia merupakan pandangan masa lalu atau retrospektif. Realita , system Pendidikan Nasional merupakan hasil pemikiran dan pengalaman sejarah yang dijadikan kajian dan dipetik hikmahnya sehingga menghasilkan system pendidikan yang baik bagi bangsa kita. Bukti mengatakan dari zaman kerajaan hingga kemerdekaan pendidikan kita mengalami perkembangan yang meningkat. Dimulai dari zaman kerajaan yang bermula pendidikan sebagai alat penyebaran agama. Pendidikan hanya untuk kalangan bangsawan dan kerajaan. Pada zaman penjajahan kolonial, pendidikan pun masih ekslusif, artinya pendidikan hanya untuk kalangan kaum ningrat sehingga pendidikan sebagai alat kekuasaan dan sebaliknya, pembodohan yang terjadi bagi rakya biasa. Akibat dari penjajahan juga dapat menghasilkan perubahan pemikiran karena banyaknya tekanan yang membuatnya mempunyai keinginan untuk bebas, merdeka dan ingin maju dalam perubahan nasibya. Pada zaman penjajahan Jepang , Jepang telah menghapus dualism system pendidikan Belanda menjadi pendidikan untuk semua rakyat. Dalam zaman kemerdekaan masih menggunakan system pendidikan tradisional, dimana pendidikan masih bersifat sederhana dan manual karena pada awal kemerdekaan, bangsa Indonesia tengah konsentrasi dalam mempertahankan kemerdekaan. Era orde baru, pemerintah mulai perhatian terhadap dunia pendidikan. System pendidikan mulai terbagi yang terdiri dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi. Namun system pendidikan masih sentralisasi. Dalam artian pendidikan terpusat yang bersifat” tuntas “yaitu segala sesuatu dikomando dari atasan baik masalah kulit, isi sampai tataran tekhnisnya. Seiring dengan perkembangan zaman, iklim poitik mempengaruhi perubahan, karena akibat ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah akhirnya, zaman berubah menjadi reformasi disetiap bidang. Sampai saat ini dunia pendidikan mengalami perubahan besar dari system sentralisasi menjadi desentralisasi yang dampaknya menjadikan kemajuan bagi dunia pendidikan. Dari tradisional menjadi modern yang ditandai dengan ilmu pengetahuan teknologi seperti penggunaan alat teknologi modern. Adanya computer, laptop , hp , internet dan teknologi yang lain yang sering dimanfaatkan dalam dunia pendidikan oleh pelaku pendidikan. Penggunaan alat komunikasi dan teknologi pun merambah pada tataran masyarakat yang sekarang sudah familiar. Dampak dari penjajahan juga dapat menginspirasikan pemikiran karena banyaknya tekanan yang membuatnya mempunyai keinginan untuk merdeka dan ingin maju dalam perubahan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh pelopor revolusi pendidikan seperti yang dilakukan oleh tokoh pendidikan kita, misalnya Ki Hajar Dewantoro, Ki Ahmad Dahlan hingga Ny Kartini dan Dewi Sartika serta yang lainnya. Dampak dari semua itu membuahkan perubahan pemikiran dalam dunia pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan terpengaruh oleh sejarah masa lampau. Berdasarkan uraian diatas, maka sejarah mengandung nilai manfaat dan pengaruh bagi pendidikan di negara kita. Dilihat secara aksiologi, sejarah mengandung beberapa manfaat terhadap kehidupan pada umumnya dan dalam ilmu pendidikan khususnya. Diantaranya meliputi :

<b>1. <i>Sejarah sebagai teladan kehidupan</i>.<i><i><b></b></i></i></b>
Sejak jaman Sokrates, Herodotos (484 – 425 s.M), dan Thucydides (456 – 396) orang memandang sejarah sebagai teladan kehidupan. Teori ini disebut sebagai the examplar theory of history. Sejarah dapat memberikan nilai atau norma yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan sehari-hari. Bagi orang Cina sejarah merupakan cermin kehidupan. Tradisi penulisan sejarah bagi bangsa Cina sudah sangat tua. Raja atau dinasti yang sedang berkuasa berkewajiban untuk menuliskan sejarah raja atau dinasti yang digantikannya. Frasa semacam itu dalam bangsa Romawi kuno diungkapkannya dalam adagium : historia vitae magistra, yang berarti sejarah adalah guru kehidupan. Agar dapat hidup dengan lebih baik orang harus berguru kepada sejarah.

<b>2. Memperluas pengalaman-pengalaman manusiawi<i></i></b>.
Belajar sejarah sama artinya berdialog dengan masyarakat dan bangsa manapun dan di saat kapan pun. Dari pengalaman sejarah itu orang dapat menimba pengalaman-pengalaman dalam menghadapi dan memecahkan problem-problem kehidupan dalam segala aspeknya seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya. Pada dasarnya problem-problem kehidupan manusia hampir sama, yang berbeda adalah detail dan intensitasnya. Cara mengatasi dan memberikan tanggapan terhadap masalah, baik secara intelektual maupun secara emosional, juga tidak terlalu berbeda. Dengan belajar sejarah, karenanya, sikap dan kepribadian seseorang akan menjadi lebih matang.

<b>3. Dengan belajar sejarah akan memungkinkan seseorang untuk dapat memandang sesuatu secara keseluruhan (to see things whole)<i></i></b>.
Sejarah menawarkan begitu banyak dan bervariasi (the multiplicity or variety) kondisi dan pengalaman manusia. Tidak ada disiplin ilmu yang mampu menyajikan rekaman pengalaman manusia yang begitu menyeluruh, selain sejarah. Agama, filsafat, dan ilmu-ilmu sosial lainnya memberikan sumbangan yang sama, namun hanya sebatas dan menurut cara ilmu itu sendiri. Dimensi keseluruhan dalam sejarah diharapkan akan mampu membangun keutuhan kepribadian manusia.

<b>4. Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa.<i></i></b>
Suatu masyarakat atau bangsa tak mungkin akan mengenal siapa diri mereka dan bagaimana mereka menjadi seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dengan identitas bangsa memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan memperkokoh eksistensi dan identitas serta kepribadi suatu bangsa. Bangsa itu, karenanya, akan bangga dan mencintai sejarah dan kebudayaannya. Terciptanya konsep pendidikan nasional tak lepas dari sejarah masa lampau yang kemudian berkembang sehingga melahirkan hasil perubahan peradaban dan kebudayaan yang membawa dampak dan berimbas keranah pendidikan.Dalam dunia pendidikan khusunya sejarah memiliki manfaat bagi sitem pendidikan nasioanal yaitu :
<i><strike>1. Terciptanya perubahan system pendidikan</strike>.</i>  Sistem pendidikan yang dulu elitis ke populis, beralihnya pendidikan tradisioanal ke modern, dari sentralisasi ke desentralisasi menjadi system pendidikan yang humaniora dan bersifat holistic dan integral.
<i>2. Munculnya perubahan kebijakan dalam dunia pendidikan<strike></strike></i> Kebijakan pendidikan dipengaruhi oleh sejarah sebagai salah satu faktornya. Fenomena sejarah menggambarkan perubahan kebijakan pendidikan. Seiring dengan sejarah perkembangan politik, tentu akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam pendidikan. Sebutlah contoh pada masa orde baru, pemerintah berupaya untuk merubah system pendidikan yang bersifat elitis menuju system pendidikan yang bersifat menyeluruh bagi rakyat dan pada zaman reformasi kebijakan pemerintah banyak membawa pengaruh manfaat besar bagi pendidikan misal; manajemen MBS, total quality management , adanya program wajib belajar, adanya BOS dan sebagainya. Semua itu belajar dari pengalaman sejarah masa lalu yang dijadikan sebagai pedoman untuk membuat suatu kebijakan baru.
<i>3. Perubahan proses dalam system pembelajaran<strike></strike></i> Sejarah menyebabkan perubahan baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemajuan zaman . Berawal dari pendidikan yang tradisional hingga berubah menjadi pendidikan yang modern. Suatu pendidikan modern sebagai cirinya adalah ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam proses pembelajaran tentu mengalami perubahan dari zaman dahulu sampai saat ini. Contoh ; pembelajaran yang bersifat monoton dan berpusat kepada guru / pendidik kini banyak pembelajaran yang besifat kontrukstivisme sehingga akan mengembangkan daya kreaif, inovatif dan aktif bagi peserta didik. Hal ini adanya pengalaman masa lalu yang dievaluasi sehingga terinspirasi munculnya idea atau gagasan baru pada proses pembelajaran baik dalam metode, strategi, media maupun alat pembelajaran agar siswa menjadi berkembang secara mandiri dan berkualitas baik kognitif, psikomotor dan affektifnya.

<b>Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan Nasional</b>
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu. Hal ini sudah terbukti dengan adanya kemajuan perkembangan zaman dalam segala bidang, misalnya; ilmu pengetahuan, teknologi, sains, politik, ekonomi, social dan bidang yang lainnya. Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut: A. Tujuan Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.Hal ini sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia." Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab." B. Proses Pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi. C. Kebudayaan Nasional Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Sejarah membawa perubahan kebudayaan. Dari zaman dahulu sampai saat ini, adanya perubahan budaya karena pengalaman sejarah melalui penemuan baru, pertukaraan budaya akibat penjajahan bangsa asing dan reinterpretasi sehingga sejarah membawa dampak perubahan peradaban kebudayaan melalui peranan pendidikan. D. Inovasi-inovasi Pendidikan. Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia. Hal ini bisa ditarik simpulan bahwa system pendidikan nasional merupakan hasil warisan dari sejarah yang dialami oleh bangsa kita.karena belajar dan bercermin dari pengalaman sejarah pendidikan nasional kita dapat berubah dan berkembang maju. Dimana factor sejarah banyak memberikan kontribusi penemuan baru sehingga menemukan inovasi-inovasi baru dalam dunia pendidikan. Secara ontologis, hakekat tujuan pendidikan nasional adalah menjadikan manusia yang berilmu dan bermartabat dengan aksiologinya sehingga pendidikan diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat agar hidup sejahtera, dan bahagia.

KIAT - KIAT MENJELANG UJIAN SEKOLAH

1. Membuat jadwal kegiatan harian Siapa di antara kamu yang suka membuat ‘to do list‘ atau daftar pekerjaan sehari-hari? Hal ini, dapat mem...